Pages

Thursday, May 27, 2010

Another Fairy Tale --Part 3--

Sekarang, kisah saya kembalikan ke pada Sang Raja.

Walaupun khawatir dengan keadaan anaknya, Raja Sudibyo tetap berusaha bekarja seperti hal-nya tidak terjadi apa-apa. Dia tetap berusaha untuk tenang dalam menghadapi tumpukan pekerjaannya. Dalam benak sebenarnya, dia merasa surat-surat perjanjian di depannya itu seperti memperoloknya. Karena tidak dapat menyelesaikan permasalahan anaknya sendiri. Namanya saja juga seorang ayah yang baik, akhirnya ia ingin menjenguk sebentar bagaimana keadaan anaknya yang tercinta itu.

Sang raja pun beranjak menuju ke kamar Putri Ika. Dia melewati koridor istana dengan tergesa-gesa, karena dia mendapat perasaan yang tidak menyenangkan. Pada akhirnya sampailah dia di kamar putrinya itu. Dia terkaget-kaget karena yang dia dapati adalah Ratu Michelin yang sedang memandang keadaan luar istana lewat cendela kamar putrinya. Sang raja bingung dengan apa yang sedang dilakukan istri tercintanya itu. Dia berusaha mendekat tanpa diketahui Ratu Michelin yang sedang termenung itu. Dia tidak ingin mengganggu istri tercintanya itu. Dari cendela tersebut terlihat dengan jelas rumah rakyat-rakyatnya. Cerobong-cerobong asap tiap rumah mengepul asap putih yang tipis. Hal itu menandakan dapur setiap rumah masih dapat mengepul dan menendakan setiap orang di rumah tersebut masih dapat makan.


Sang Raja menepuk dengan lembut pundak Ratu Michelin. Sang Ratu terkaget. Setelah tau kalau yang menepuk adalah Raja Sudibyo, dia membalasnya dengan pukulan-pukulan kecil pada Sang Raja tersebut.

::Oh, i think, i will just skip this melancholy thing and just go back to main story.... ::

Sang raja menanyakan di manakah keberadaan putrinya pada Ratu Michelin. Kontan, Sang Ratu kaget kalau sang Raja belum tahu keberadaan putrinya. Akhirnya Ratu Michelin memberutahukan bahwa Putri Ika pergi menjenguk Paman Ditrie bersama sahabatnya dan kedua pengawalnya. Sepengetahuan Ratu Michelin, Putri Ika sudah meminta izin pada ayahnya, sehingga Ibu tersebut tidak khawatir. Sang Raja langsung gusar mengetahui keberadaan putrinya itu sudah jauh dari istana.

Dengan langkah yang tergesa-gesa ia menemui penyihir kerajaan, Shanty. Dia meminta untuk memberikan sihir perlindungan pada gerombolan anak muda itu. Sebenarnya, pada setiap kali Putri Ika melakukan perjalanan jauh, Raja Sudibyo memberikannya suatu perlindungan yang akan menangkal setiap sihir jahat yang dikirim orang lain, terutama tokoh antagonis utama yang aneh itu. Sihir dari Shanty sebenarnya tidaklah begitu kuat, tetapi cukup cepat jika dibandingkan dengan sihir sang raja. Mungkin karena ada semacam ilmu yang menyebabkan sihirnya menjadi lebih cepat sampai kepada korban yang dituju. Akhirnya sang raja hanya bisa berdo'a tidak terjadi sesuatu yang buruk pad putri semata wayangnya tersebut.

Sang ratu tetap termenung di dekat cendela kamar Putri Ika. Dia tidak berani berbuat apa-apa jika sang raja sudah naik pitam seperti itu. Yang dapat dia lakukan hanyalah kembali melihat ke cendela itu, ke satu rumah di pinggiran kota yang menjulang tinggi dan dipenuhi oleh awan hitam yang tidak menyenangkan. Rumah sang penyihir jahat, Banjar.

To be Continued....

3 comments:

Sahabat Pena said...

Aq tahu kenapa tuan putri sampe punya masalah itu...
mungkin pas pembagian tinggi badan, dia telat ato bahkan ga datang, jadi cuma dapet sisa.....(peace...)

Anita Kesuma Arum said...

Lhah white horse sama prince nya mane?

Adimas Banjar said...

@nanthi : hahahaha, wah, kalo masalah itu say belum berani mengungkapkannya sekarang.....

@nita : ditunggu saja,
saya sedang kasting pemerannya, soalnya pemeran yang saya calonkan kemaren sudah tidak cocok lagi......

Post a Comment