Pages

Sunday, June 6, 2010

Another Fairy Tale --part 11--

Michelin hampir saja menjatuhkan minuman yang sedang ia pegang saat itu dikarenakan begitu terkejutnya ia dengan siapa yang tiba-tiba duduk di depannya itu. Orang tersebut menebak minuman yang sedang Michelin pegang dan mengatakan bahwa hampir tidak ada yang berubah pada diri Michelin. Semuanya masih tetap seperti dulu, hanya statusnya saja sekarang sudah menjadi seorang Ratu. Michelin belum dapat berkata apa-apa. Mulutnya seperti terkunci saat melihat wajah orang yang duduk di hadapannya itu. Orang itu kemudian berkata kembali bahwa ia akan membuat Michelin kembali kepadanya, apapun yang terjadi, bagaimanapun caranya. Kemudian, orang tersebut berdiri, dan berbisik pada Michelin bahwa hari ini anaknya akan pulang hari ini dan mengingatkan untuk selalu menjaga putrinya tersebut, karena putrinya tersebut adalah kunci dari seluruh rencananya. Setelah itu, ia berjalan pergi meninggalkan Micheln sendiri lagi. Setelah beberapa saat, Michelin tersadar kemudian ia berdiri dan meneriakkan nama orang itu, "Banjar!". Penyihir jahat tersebut melambaikan tangannya dan menghilang bersama dengan angin yang berhembus.


Michelin semakin takut dengan tingkah Banjar yang semakin "Freak" saja terhadapnya. Tanpa pikir panjang ia menghabiskan makanan pesananya dan langsung bergegas kembali ke Istana.

Di dalam istana, terjadi keributan yang amat sangat yang disebabkan oleh hilangnya sang ratu. Sang raja yang hilang kesabaran hampir saja menyuruh seluruh penjaga untuk mencarinya ke seluruh kota. Hal tersebut untung dapat dihalau karena sang ratu telah muncul dengan pakaian biasanya di hadapan sang raja. Dengan mukanya yang sangat tidak enak dipandang, Raja Sudibyo menanyai berbagai pertanyaan kepada istrinya tersebut. Michelin diam saja dan kemudian pergi berjalan kembali ke kamarnya. Raja yang merasa diabaikan tentu saja merasa geram dan berteriak memerintahkan istrinya untuk berhenti dan kembali. Michelin tetap saja tidak memperhatikannya dan berlalu menuju ke lorong istana. Tentu saja raja marah dengan tingkah istrinya yang berbeda tersebut. Ia memukul singgasananya dengan sangat kers dan kemudian berlari menyusul istrinya ke kamarnya.

Biarkan saja pertengkaran suami-istri tersebut berlanjut, kita kembali kepada Putri Ika yang sedang dalam perjalanan pulangnya menuju ke istana Satkingham. Sekelebat bayangan hitam muncul di antara pohon-pohon hutan tersebut. Tentu saja Paman Ditrie menyadari adanya adanya mahluk lain selain dirinya, kudanya, dan keponakannya tersebut. Ia berfikir jika mahluk tersebut tidak menyerangnya mengapa ia harus mengusiknya. Paman Ditrie tetap fokus kepada kudanya agar melaju lebih cepat dan segera mencapai ibu kota dengan lebih cepat.

Tiba-tiba saja bayangan hitam tersebut mengejar kuda mereka berdua. Putri Ika yang menunggang di belakang melihat mahkluk tersebut adalah seekor chimera yang kelihatan sangat buas. Putri Ika tentu saja takut kemudian berpegangan kepada pamannya erat-erat. Paman Ditrie yang mengetahui hal tersebut mengambil pedangnya dan bersiap-siap jika mahkluk tersebut menyerang. Mahkluk tersebut berlari dengan cepatnya sampai-sampai hampir menyamai kuda mereka berdua. Mahkluk dengan tubuh kuda, kepala singa, dan ekor ular tersebut ::keliatannya bentuknnya bakalan aneh kalo digambar:: berusaha menyerang Putri Ika dengan mulutnya. Paman Ditrie berbalik dan meminta Putri Ika untuk memegang kendali kuda yang mereka tunggangi. Dengan pedangnya, ia berusaha menghalau chimera tersebut. Tetapi usaha Paman Ditrie untuk menghalau chimera tersebut gagal. Chimera tersebut malahan menggigit kaki kuda yang mereka tunggangi, sehingga mereka berdua terjauh dari kuda tersebut. Untung saja keduanya tidak menderita luka yang serius, sehingga mereka masih dapat berdiri dan berusaha menyelamatkan diri.

Paman Ditrie memegang dengan erat pedangnya dan berusaha melindungi Putri Ika dengan dekuat tenaganya. Chimera tersebut juga ikut berhenti saat mereka berdua terjatuh, dan sekarang hanya berjalan berputar-putar di sekitar Putri Ika dan Paman Ditrie. Dari belakang mahkluk tersebut muncullah seorang wanita yang sangat seksi dengan pakaiannya yang terbuka. Dengan membawa sebuah pecut, wanita itu berjalan mendekati chimera tersebut.

Wanita tersebut kemudian memperkenalkan dirinya sambil membelai-belai mahkluk buas tersebut. Wanita yang bernama Paulina tersebut menyebut dirinya tangan kanan dari penyihir jahat Banjar. Pangeran Ditrie yang tetap masih berjaga-jaga dengan waspada kalau-kalau chimera tersebut menyerangnya. Ia berteriak bahwa tidak mungkin Banjar memerintahkan untuk menyerang dirinya dan keponakannya tersebut, karena keponakannya tersebut dalah kunci dari rencananya. Putri Ika yang tengah berusaha mengobati kuda mereka, menjadi sangat bingung dengan apa yang didengarnya. Ia pikir, Banjar adalah orang baik dan sahabat karip dari adik ayahnya tersebut. Wanita tersebut kemudian menjawab kalau Banjar sangat tidak ingin rencananya dihalangi oleh Pangeran Ditrie. Oleh karena itu, Paulina berusaha untuk menghancurkan Pangeran Ditrie dengan tangannya sendiri. Tentu saja Pangeran Ditrie tidak percaya dengan apa yang diomongkan oleh wanita tersebut. Wanita tersebut kemudian tertawa dan menmerintahkan chimeranya untuk menyerang Pangeran Ditrie dan Putri Ika. Mahkluk tersebut melompat untuk menyerang keduanya. Pangeran Ditrie memengang erat padangnya dan bersiap untuk menyerang.

Tiba-tiba saja semburan api yang sangat besar mengenai mahkluk tersebut dan membuatnya terpental sangat jauh. Paulina berlari mengejar mahkluk tersebut untuk berusaha menyelamatkannya. Dari salah satu balik pohon muncul seseorang yang tinggi dengan jubah hitamnya. Tidak salah lagi orang tersebut adalah Banjar yang berusaha menyelamatkan Putri Ika dan Pangeran Ditrie. Ia mendekati Paulina. Kemudian menamparnya dengan sangat keras. Ia memerintahkan Pangeran Ditrie untuk segera lari dan menyelamatkan Putri Ika. Pangeran Ditrie mengangguk dan membopong Putri Ika kemudian kembali menunggangi kudanya yang telah diobati oleh Putri Ika tadi.

Setelah mereka berdua pergi, Banjar mengangkat Paulina yang masih terduduk setelah ia tampar tadi. Chimera yang tadi masih diselimuti oleh api, dengan sekali jentikan jari Banjar, api tersebut hilang seketika. Sambil mengucapkan sedikit mantera, chimera tersebut kemudian sembuh dan dapat sudah dapat berdiri dengan kakinya sendiri. Kemudian Banjar berbisik kepada Paulina bahwa ia sangat marah dengan apa yang telah ia lakukan. Ia telah menyiapkan hukuman untuknya. Paulina kemudian menagis meraung-raung memohon ampun kepada Banjar. Setelah Banjar menutup mulut Pauliana dan mengancam jika ia tetap seperti itu, ia akan bertindak lebih kejam lagi. Dalam hitungan detik, mereka berdua menghilang bersama dengan angin yang berhembus.

Pangeran Ditrie menuntun kudanya yang tertatih-tatih dengan Putri Ika menunggang di atasnya. Putri Ika bertanya mengenai apa sebenarnya hubungannya dengan Banjar. Pangeran Ditrie hanya diam saja dan tetap menuntun dengan tenang. Putri Ika mulai merengek-rengek dengan gayanya yang sangat tidak bermutu tersebut dan mulai mengganggu Pangeran Ditrie. Mendengar keponakannya yang mulai bertindak kekanak-kanankan tersebut dia kemudian membentak dan menyuruhnya untuk diam. Putri Ika uang takut lantas diam dan meminta maaf atas kelakuannya yang kekanak-kanakan tadi. Suasana diam itu kemudian berlanjut sampai akhirnya mereka tiba di salah satu desa yang berada di pinggir hutan, Desa Sadas.

To be Continue....

0 comments:

Post a Comment