Pages

Thursday, June 10, 2010

Another Fairy Tale : Side Story --White Canvas-- Part 1

Dua puluh tahun yang lalu di kerajaan Mathica, Saat-saat di mana kerajaan tersebut masih dipimpin oleh Raja Sudibyo I. Di perbatasan Kerajaan Mathica dan Kerajaan Highlandia berkecamuk perang yang sangat besar. Perebutan wilayah pegunungan Andrest merupakan sebab-musebab dari pecahnya perang tersebut. Kerajaan Highlandia menginginkan pegunungan Andrest yang disinyalir memiliki tambang yang cukup besar. Sehingga, mereka mulai menyerang daerah perbatasan tersebut. Saat itu, pasukan penjaga perbatasan dipimpin oleh Pangeran Arif Sudibyo dan dibantu oleh Pangeran Ditrie adiknya. Bisa dibilang kedua kepala pasukan tersebut memiliki umur yang cukup muda tapi kemampuan keduanya dalam memimpin pasukan perang tidak dapat diragukan lagi. Selain itu, keduanya merupakan petarung yang tangguh dan dapat menghadapi 50 pasukan sendirian.

Daerah perbatasan Kerajaan Mathica dan Highlandia yang berwujud pegunungan tersebut, terdapat beberapa benteng pertahanan tempat seluruh pasukan berkumpul dan menyiapkan strategi untuk bertahan dari serangan Kerajaan Highlandia. Benteng yang paling besar dan paling tangguh tempat Pangeran Sudibyo dan adiknya memimpin perang tersebut memiliki nama Benteng Rinse. Di dekat benteng tersebut terdapat kota yang cukup kecil namun makmur bernama Kota Tarra. Jika Benteng Rinse jatuh ke tangan musuh, jelas tentu saja kota kecil tersebut pasti akan terkena imbasnya dan bahkan mungkin hancur. Oleh karena itu, Pangeran Sudibyo berusaha sekuat tenaga membuat strategi untuk mempertahankan benteng perbatasan tersebut agar tidak jatuh ke tangan pasukan Highlandia.

Tentu saja Kerajaan Mathica kalah dalam hal persenjataan dibandingkan Kerajaan Highlandia. Karena Kerajaan Highlandia merupakan kerajaan maju dalam hal peralatan perangnya. Sedangkan Kerajaan Mathica adalah kerajaan yang maju dalam hal ilmu pengetahuannya. Bukan cuma persenjataannya yang kalah, bahkan jumlah pasukan Kerajaan Mathica juga kalah kauh dibandingkan Kerajaan Highlandia.

Serangan persenjataan altileri sudah berlangsung selama lebih dari tiga hari. benteng perbatasan tersebut diserang terus menerus dengan menggunakan senjata berat jarak jauh milik Kerajaan Highandia. Pasukan Mathica berusaha mempertahankan diri dengan persenjataan yang ada, waaupun jelas dibandingkan dengan lawannya kalah telak. Satu yang tidak dimiliki oleh pasukan Highlandia adalah sihir. Selain pasukan infanteri, pasukan berpanah, dan pasukan berkudanya, Mathica juga memiliki pasukan yang dapat menggunakan sihir untuk menyerang musuhnya.

Di dalam perang yang berkecamuk tersebut, Pangeran Ditrie lebih memilih berada di Kota Tarra dibandingkan berada di Benteng Rinse. Suplai makanan dan persenjataan yang datang dari ibu kota memang dikirim melewati kota tersebut. Oleh karena itu, Pangeran Ditrie sering datang ke kota tersebut untuk memeriksa suplai tersebut. Takut-takut ada mata-mata musuh yang menyabotasenya. Dalam tugasnya yang cukup krusial itu, Pangeran Ditrie tentu saja berusaha untuk berinteraksi dengan warga kota tersebut untuk membuat warga kota tetap tenang.

Dalam satu inspeksinya, Pangeran Ditrie melihat seorang wanita yang sangat cantik berambut panjang sedang duduk memandang ke arah sesuatu. Seketika ia terpikat oleh kemolekan wanita tersebut dan menghentikan langkah kudanya. Ia turun dari kudanya dan memperhatikan keadaan sekitar. Ia menengok ke jendela rumah wanita tersebut dan yang ia dapati adalah wanita tersebut telah pergi entah ke mana. Cukup lama pangeran tersebut melihat-lihat ke dalam jendela tersebut. Tiba-tiba saja orang yang tinggal di samping rumah wanita tersebut keluar dan melihat ke arah pangeraan muda tersebut. Orang yang curiga terhadap pangeran tersebut kemudian meneriaki pangeran tersebut. Tahu kalau dirinya yang diteriaki, Pangeran Ditrie kemudian meminta maaf atas tindakan lancangnya tersebut. Untung saja orang tersebut tidak berteriak lebih keras sehingga orang-orang tidak bertambah curiga. Setelah ia meminta maaf, ia kemudian memberanikan diri menanyakan tentang identitas wanita yang tinggal di rumah tersebut pada orang yang meneriakinya tadi. Orang tersebut mengatakan bahwa wanita tersebut bernama Seth, baru saja mulai menghuni rumah tersebut sekitar sebulan yang lalu, dan sangat jarang berinteraksi dengan orang-orang sekitar. Mendengar perkataan orang tersebut, Pangeran Ditrie menjadi semakin semangat dan semakin ingin mendekati wanita tersebut.

To bo Continued...

1 comments:

ismi marfuah said...

wow.
baru aku tahu bahwa seorang adimas banjar yang ku tahu sering mengalami "bete" adalah sosok yang gila bercerita. aku gag mudeng mas.......
hehehe
no coment lah.

Post a Comment