Pages

Thursday, June 3, 2010

Another Fairy Tale --part 8--

Jauh di utara kerajaan Mathica dan Highlandia, seorang yang tinggi kurus tengah berjalan di pegunungan North Winter dengan tenangnya. Dengan berbekal mantel hitam bermotifkan mantera sihir dengan bulu-bulu disampingnya orang tersebut mendaki sedikit demi sedikit salah satu puncak dari pegunungan yang bersalju tersebut. Saat itu badai salju tengah menghantam dengan kerasnya tetapi entah kenapa orang tersebut tetap tenang-tenang saja dan berjalan dengan santainya. Memang tidak ada orang lain selain penyihir jahat Banjar yang dapat berjalan dengan santainya di tengah badai salju yang dasyat tersebut.


Dilindungi oleh sihir jahatnya, salju yang menyentuh mantelnya malahan akan langsung menguap dan menimbulkan rasa hangat di sekitarnya. Dasr penyihir jahat, ada-ada saja yang ia lakukan sehingga ia dapat bertahan hidup. Sebenarnya apa seeh yang membuat penyihir jahat yang dapat melakukan apapun hanya dengan mengucapkan mantera sanpai bersusah payah berjalan sampai ke salah satu puncak pengunungan bersalju tersebut. Penyihir jahat tersebut ingin membuat ramuan cinta paling dasyat di dunia yang tidak akan dapat ditangkal oleh siapapun, bahkan Michelin sekalipun. Demi menyukseskan visinya yaitu membuat Michelin kembali ke pelukannya, apapun akan ia lakukan, termasuk harus mendaki ke puncak pegunungan North Winter sekaipun. Saah satu bahan ramuan cinta berbahaya tersebut adalah bunga bloodless roses yang mekar sempurna. Bunga tersebut hanya tumbuh di puncak tertinggi pegunungan North Winter dan hanya mekar sempurna tiap 1000 tahun sekali saat puncak badai salju yang bersaman dengan gerhana matahari tepat di atas puncak pegunungan tersebut. Ia memang termasuk orang yang beruntung karena telah banyak penyihir lain yang menginginkan bunga tersebut, tetapi umur mereka tidak mencukupi untuk mengambil bunga tersebut. Pada akhirnya ia peroleh bunga tersebut tanpa kesulitan apapun, dikarenakan hanya sedikit orang yang tahu akan keberadaan bunga tersebut. Hanya anggota persetubuhan penyihir jahat internasional yang mengetahui keberadaan bunga tersebut. Dan saat konferensi penyihir jahat terakhir, Banjar telah mendaftar siapa-siapa yang nitip untuk diambilkan sekaliyan. Sehingga tidak menyebabkan terjadinya keributan di gunung tersebut. Tetapi bunga itu hanyalah salah satu bahan dari sekian bahan yang harus ia kumpulkan untuk menyempurnakan ramuan cinta paling berbahaya di seluruh dunia persilatan persihiran.

Kembai ke kerajaan Mathica, tepatnya di salah satu penginapan bintang lima yang berada di ibu kota kerajaan Mathica L'capitol. Pangeran Azule berusaha meyakinkan ayahnya tentang keinginannya untuk bersekolah di Universitas Magus di Mathica ini. Setiap tahunnya terdapat lebih dari 200 pemuda dan pemudi yang dikirimkan Kerajaan Highlandia ke Kerajaan Mathica untuk mengemban pendidikan di universitas tersebut. Dengan dikirimkannya pelajar tersebut, diharapkan tingkat produksi senjata dari kerajaan Highandia menjadi lebih tinggi dan lebih bagus pula kualitanys. Raja LinkLekker tidak ingin anaknya disamakan dengan 200 anak lain yang notabenenya rakyat biasa dan bersekolah di universitas di kerajaan yang sebenarnya sangat ia benci ini. Pangeran Azule masih tetap bersikeras akan keputusannya untuk bersekolah di universitas itu dan menetap di Kerajaan Mathica, karena tidak dimungkinkan melajo menggunakan kuda. Ia bahkan berkata untuk membiayai sendiri seluruh biaya sekolah dan hidupnya di kerajaan tetangganya ini. Sebagai ayah yang baik, Raja LinkLekker tidak ingin menghalangi impian putranya tercinta itu. Tapi, jika ia ijinkan anaknya untuk bersekolah di kerajaan ini, ia takut kalau-kalau anaknya tidak mau kembali pulang ke kerajaannya yang bisa dibilang penuh polusi tersebut. Jika anaknya tidak mau pulang, maka sapa yang akan meneruskan kepenguasaan kerajaan Highlandia selanjutnya. Melihat mata anaknya yang tegas dan peuh dengan api semangat yang membara akhirnya ia percaya kepada anaknya. Ia meminta satu malam untuk menentukan keputusan finalnya. Sang pangeran berusaha merangkul ayahnya walaupun alhasil tidak sampai karena badan ayahnya yang besar diatmbah baju zirahnya yang sangat besar, dan mengucapkan terima kasih kemudian meninggalkan ayahnya sendiri di kamar penginapan yang sangat besar dan indah tersebut. Raja LinkLekker yang ditinggalkan tidak tinggal diam begitu saja, dia melihat menu makan malam apa yang seharusnya ia pesan dan mencari gadis mana yang dapat menemaninya makan malam hari ini.

Sebenarnya pangeran Azule sudah hafal dengan tingkah ayahnya yang selalu bermain dengan wanita kemanapun ia pergi. Oleh karena itu, ia memilih pergi sebentar meninggalkan penginapan tersebut dan berjalan-jalan menikmati keindahan kota yang kemungkinan akan ia tinggali untuk waktu yang cukup lama kedepannya. Setelah melepaskan baju zirahnya yang cukup berat dan besar dan berganti dengan baju biasa, pergi keluar dari penginapan. Pangeran tersebut kurang suka dengan makanan penginapan tersebut, oleh karena itu ia berusaha mencari makanan lain ke daerah rumah-rumah penduduk. Akhirnya ia masuk ke salah satu tempat makan yang tidak begitu sepi, di dalamnya banyak sekali berkumpul kesatriya-kesatriya yang tengah bermabuk-mabukan. Mereka bersendau gurau deng tertawa dengan sekeras-kerasnya. Tempat tersebut cukup besar dan bahkan cukup untuk menampung satu batalyon kesatriya di dalamnya. Pangeran tersebut cukup sulit mencari tempat duduk yang kosong di dalamnya. Dari kejauhan tampak dua orang pemuda yang seumurannya sedang berbincang. Yang ia senangi adalah kedua pemuda tersebut tidak meminum minuman keras laiknya kesatriya yang lain. Ia mendekati meja kedua pemuda tersebut dan meninta ijin untuk bergabung. Tanpa basa-basi salah satu pemuda tersebut mempersilakan, tetapi pemuda yang lain malahan membentaknya dan mencegahnya. Kemudian dimulailah pertengkaran yang tidak masuk akal antara keduanya. Sang pangeran yang bingung menghadapi kedua pemuda tersebut memilih duduk dan memanggil pelayan untuk memesan makanan. Sambil menunggu pesanannya, di diam dan mendengarkan pertengkaran dua pemuda tersebut. Dia berpikir pertengkaran tersebut tidak akan ada habisnya, karena memang yang mereka perdebatkan adalah hal-hal yang sangat remeh. Tanpa pikir panjang sang pangeran memperkenalkan diri dan bertanya nama kedua pemuda tersebut. Dengan spontan pula salah satu pemuda tersebut menyaut namanya adalah Steven, sedang yang satu kemudian menyaut bahwa namanya Valent, dan langsung keduanya melanjutkan perdebatan aneh mereka. Sang pangeran hanya dapat geleng-geleng kepala dan memulai makan malamnya saja.

Setelah makan malamny selesai, sang pangeran mencoba menyelesaikan perdebatan mereka dengan menutup mulut kedua pemuda tersebut. Kantan keduanya marah dan mencoba memukul pangeran tersebut secara bersamaan. Sayang sang pangeran menghindar dan yang terjadi adalah mereka berdua saling memukul. Alhasil mereka berdua memarahi sang pangeran dan menuduhnya mencari gara-gara. Dengan tenang sang pangeran malah memesankan minuman lagi untuk mereka bertiga dan mulai memperkanalkan diri kembali. Setelah meminum minumannya kedua pemuda tersebut sudah mulai tenang dan menyelesaikan pertengkaran bodoh mereka. Pangeran bertanya mengenai bagimanakah kehidupan para pelajar yang tengah menuntut ilmu di Magus kepada dua pemuda tersebut, kemudian bagaiman kehidupan penduduk kota tersebut, dan banyak lagi. Banyak sekali yang mereka perbincangkan malam itu dan tak terasa tempat tersebut akan segara tutup. Pangeran berterima kasih tentang seluruh info yang diberikan kedua pemuda tersebut dan permisi untuk pulang. Setelah mereka berpisah di jalan, pangeran meihat kedua pemuda tersebut menjadi seperti dua orang sahabat karip yang tak terpisahkan, padahal tadinya mereka bertengkar laiknya kucing dan anjing. Ia cukup senang berkenalan dengan pemuda yang seumuran dengannya, karena ia memang tidak memiliki teman yang seperti itu. Sampai saat terakhir memang ia tidak memperlihatkan diri bahwa dirinya itu pangeran dari kerajaan lain.

Setelah makan malam yang unik tadi, pangeran Azule kembali ke penginapannya. Sebelumnya ia melihat bagaimana keadaan ayahnya di kamarnya. Yang ia dapati adalah ayahnya telah tertidur dengan keadaan khasnya, yaitu tanpa baju sehelaipun. Akhirnya pangeran tersebut menyelimuti ayahnya dan mengunci pintu kamar ayahnya, takut-takut ada pelayan yang masuk dan malah menjadi mangsa ayahnya tersebut. Setelah itu, ia kembali ke kamarnya untuk bergegas tidur dan berharap ia dapat bermimpi bertemu dengan sang ibu.

To be Continued...

0 comments:

Post a Comment