Pages

Tuesday, June 1, 2010

Another Fairy Tale --part 5--

Putri Ika mulai mencari pamannya itu takut-takut kalau terjadi apa-apa pada dia. Tentu saja dengan ditemani oleh Sendy dan Hokki, karena Putri Ika adalah orang yang bisa dibilang orang yang kurang berani dengan hal-hal berbau mistis. Putri Ika memanggil-manggi nama pamannya di rumah pamannya yang berukurang cukup besar tersebut. Tidak ada yang menjawab, yang ada hanyalah gema suara Putri Ika sendiri. Sendy dan Hokki mulai takut dengan keadaan tersebut dan ingin meminta Steven dan Valent untuk masuk saja. Mereka berdua masih di luar dikarenakan perdebatan yang aneh mengenai di mana tempat yang baik untuk menyimpan kereta kuda mereka.

Setelah cukup lama tidak ada jawaban yang jelas dari sang paman, Putri Ika berinisiatif untuk mencari pamannya di kamarnya. Dengan takut-takut dia berdoa agar pamannya tersebut berada di kamarnya. Dibukanya pintu kamar dengan gantungan bunga krisan di depannya. Karena tidak ingin mengganggu, Putri Ika masuk sendiri ke kamar tersebut, sedangkan Sendy dan Hokki menunggu di luar pintu.


Di atas tempat tidur, terlihat tubuh yang ditutupi oleh seimut tebal yang bermotifkan bunga krisan. Tubuh itu mengigil dengan hebatnya. Tentu saja Putri Ika berpikir bahwa tubuh itu adalah pamannya yang sedang sakit. Ia mendekati tempat tidur tersebut sembari menyapa pamannya tersebut. Tidak ada jawaban dari tubuh yang terbungkus dengan selimut tersebut. Putri Ika mulai stress dengan semua keadaan itu dan mulai memasang tampang manyun yang sangat tidak bermutu kebanggaanya. Sembari mengguncang-guncang tubuh itu dia tetap memanggil-manggil nama pamannya, berusaha untuk membangunkannya. Hokky dan Sendy menengok masuk ke dalam kamar tersebut karena penasaran mengapa sejak tadi suara rengekan-rengekan gak bermutu made in Ika terdengar. Dan yang mereka dapati adalah Putri Ika sedang mengguncang-guncang tempat tidu yang kosong belaka...

Tak hanya keadaan di dalam yang mencekam, di luar keadaanpun semakin memanas. Perdebatan semakin gak jelas karena mereka tidak memperhatikan ke mana perginya kereta kuda mereka dan malah memperdebatkan siapa pengawal terbaik untuk Putri Ika. Steven dan Valent berpendapat cukup satu pengawal saja yang mendampingi Putri Ika sampai akhir hayatnya. Perdebatan yang sangat aneh tersebut hampir saja membuat mereka berdua menghunuskan pedang mereka dan melakukan duel satu lawan satu. Untung saja ada seseorang yang baik hati telah membawa kembali kereta kuda mereka dan memukul kepala Steven dan Valent dengan kepala ikan tuna yang sangat besar. Dengan hampir bersamaan mereka bardua memaki pria besar tersebut. Dan yang mereka dapati adalah paman Ditrie-lah yang telah memukul mereka dengan tuna tersebut.

Setelah turun dari kereta kuda yang sempat melarikan diri tadi, ia menyimpannya di samping rumahnya dengan baik. Kemudian ia masuk ke dalam rumah tanpa memperhatikan dua orang pemuda yang masih terbengong-bengong karena telah memaki mantan raja tersebut. Di depan kamarnya dia bertemu dengan dua sahabat Putri Ika yang sedang bingung dengan keadaan sang putri yang cukup aneh tersebut. Hokki mencoba menjelaskan keadaan yang terjadi kepada paman Ditrie yang baru saja datang tersebut, sedangkan Sendy berusaha mencari air atau sejenisnya untuk membangunkan Putri Ika dari halusinasinya tersebut. Sang paman mencegah Sendy untuk mengguyur Putri Ika, karena menurutnya tidndakannya itu hanya akan membasahi tempat tidurnya saja.

Paman Ditrie mendekati keponakannya yang mungil itu. Putri Ika tetap manyun dan menganggap selimut kosong di depannya itu adalah sosok pamannya yang sedang menggigil hebat. Paman Ditrie memberi isyarat kepada Hokki dan Sendy untuk menangkap sang putri saat ia lemparkan. Paman Ditrie memegang kening Putri Ika, dan ternyata tetap hangat. Didapatinya Putri Ika sedang terkena pengaruh sihir jahat dari Banjar, untung saja efeknya sudah tertekan dengan pelindung sihir dari Shanty. Ya, terdapat semacam "watermark" pada sihir seseorang jika orang yang melihat tersebut cukup mumpuni ilmunya. Ia menjadi bertanya-tanya di manakah pelindung dari adiknya. Tanpa pikir panjang, Ia menekankan telapak tangannya ke kening putri ika. Putri Ika terlempar dan ditangkap oleh kedua sahabatnya dan pingsan.

To be Continued.....

2 comments:

Post a Comment