Pages

Wednesday, June 2, 2010

Another Fairy Tale --part 7--

Pesan burung merpati yang dikirim Pangeran Ditrie telah sampai ke tangan sang raja beberapa hari yang lalu. Segala apa yang telah terjadi serasa seperti mimpi saja. Semua orang telah kembai ke rutinitasnya masing-masing. Sang dua penjaga tetap berlatih mengasah kemampuan mereka demi menjaga sang putri. Sendy kembali membantu orang tuanya untuk menjual buah-buah segar di pasar ibu kota Maticha. Sedangkan Hokki kembali menjalani kehidupannya belajar di sekolah kenegaraan. Sedangkan Putri Ika menetap untuk sementara di rumah adik ayahnya di pinggiran Kerajaan Maticha. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Pangeran Ditrie.

Hari itu raja berusaha menenangkan pikirannya yang sedang berkecamuk. Walaupun putrinya bersama kakanya yang dapat dipercaya, ia tetap khawatir tentang keadaan anak semata wayangnya itu. Padahal hari ini pula akan ada kunjungan dari kerajaan tetangga, Highlandia. Sudah setahun lamanya Mathica mengadakan perjanjian damai dengan Highlandia. Tahun lalu memang sempat meletus perang antara Kerajaan Maticha dan Highlandia. Hal itu disebabkan karena Highlandia berusaha merebut pegunungan Andress yang sekarang ditinggali oleh Pangeran Ditrie.


Kunjungan kali ini sangat special, dikarenakan sang Raja Linklekker datang langsung mengunjungi Raja Sudibyo II. Bersama anaknya pangeran Azule, mereka datang untuk membicarakan kerja sama selanjutnya yang dapat kedua kerajaan tersebut laksanakan. Semenjak dilaksanakannya perjanjian damai tersebut, Highlandia mensupali sumber daya alam mereka ke Mathica dan sebagai timbal baliknya banyak warga Highlandia yang belajar dan menuntut ilmu ke Mathica. Walaupun Raja Sudibyo berusaha menyembunyikan kegalisahannya di depan Raja LinkLekker tetap saja hal tersebut terpancar pada sorot matanya yang tidak fokus pada bahasan yang sedang mereka bahas. Dalam bahasan mereka yang cukup tidak formal tersebut, tentu saja raja LinkLekker menyadari apa yang sedang dialami oleh lawan bicaranya tersebut. Ia berusaha mengalihkan bahan pembicaraan mereka ke arah yang lebih ringan, agar kegelisahan Raja Mathica tersebut berkurang. Ia mulai bercerita mengenai anknya yang juga seumuran dengan putri Raja Sudibyo. Ia bercerita tentang bagaimana ia membesarkannya, bagaimana pendidikannya, sampai-sampai kisah cintanya yang sering kandas. Mendengar apa yang diceritakan Raja LinkLekker tersebut, kegelisahan Raja Sudibyo sedikit demi sedikit mulai berkurang. Ia merasa kegelisahan tersebut tidak beralasan, karena apa yang dilakukan kakaknya tersebut mungkin adalah yang terbaik bagi putrinya saat ini.

Di luar ruangan tempat kedua raja berbincang-bincang, Pangeran Azule tengah memperhatikan ke luar cendela. Ia sangat senang melihat keadaan yaitu kota L'capitol ibu kerajaan Mathica ini. Keadaan kota yang indah, rumah-rumah penduduk yang berjajar rapi, udara yang cukup bersih, kkemudian pepohonan hijau yang menyemarakkan pula jalan-jalan utama ibu kota, kemudian hiruk-pikuk penduduknya dengan segala tingkah lakunya. Sebagai ibu kota yang memiliki sekolah tinggi ibu kota kerajaan Mathica memang dibangun sedemikian rupa sehingga membuat seuruh pelajarnya nyaman dengan keadaan kota tersebut. Sangat kontras dengan ibu kota kerajaannya, Triganadia. Ibu kota kerajaannya adalah kota pandai besi dan pabrik senjata. Yang ada di mana-mana hanyalah suara para lelaki yang memukulkan palu-palu merka ke baja yang membara merah. Udara kotanya cukup buruk karena di mana-mana terdapat pabrik senjata dan pandai besi, yang ada hanyalah bau keringat dan besi yang terbakar. Berbeda dengan bau yang dia cium sekarang, bau yang segar menyebar di mana-mana. Dalam benaknya ia akhirnya tau mengapa ayahnya ingin menguasai kerajaan yang satu ini.

Dalam lamunannya tersebut, sang pangeran tidak mengetahui seseorang datang menghampirinya dari belakang. Orang tersebut mendekatinya dengan pelan-pelan, entah apa yang ingin dia lakukan. Kerena pangeran tersebut memang diberikan naluri kesatria yang besar oleh Yang Maha Kuasa, sang pangeran akhirnya merasa ada orang yang mendatanginya. Pangeran tersebut berbalik dan bahkan bersiap menghunuskan pedangnya. Dia sangat kaget dengan siapa yang dia dapati. Hampir saja dia menghunuskan pedang kepada Ratu negeri yang ia sukai ini. Michelin hanya tersenyum melihat tingkah laku pemuda yang seumurannya hampir sama dengan Putri Ika tresebut. Pelan-pelan ia mendekati pemuda itu dan sedikit memulai perbincangan mengenai kota L'capitol. Ia menceritakan sedikit kisahnya saat dulu masih bersekolah di Universitas Magus di kota ini. Dengan mata berbinar-binar ia menceritakan betapa ia sangat menikmati hidup di kota ini. Cerita ratu tersebut benar-benar membuat sang pangeran terpikat hatinya untuk mencoba bersekolah di kota ini. Azule mengutarakan keinginanya untuk bersekolah di universitas Magus tersebut kepada sang ratu. Tentu saja Michelin sangat mendukung keinginan pangeran tersebut. Kemudian ratu tersebut menyarankan agar lebih baik ia membicarakannya terlebih dahulu dengan ayahnya, karena ayahnya mungkin memiliki rencana yang lebih baik. Setelah itu, sang pangeran berpamit karena sang ayah telah keluar dari ruangan pertemuan mereka. Setelah sang pangeran berlalu, Michelin berpikir, pangeran tampan tersebut memang sudah sepantasnya berada di kota ini tidak di kota yang kotor dan penuh bau keringat itu.

To be Continued....

2 comments:

agus said...

tes

Adimas Banjar said...

Ngetest apa maneh.... wes iso terkirim yow....

Post a Comment