Pages

Thursday, June 10, 2010

Another Fairy Tale : Side Story --White Canvas-- Part 3

Hari berikutnya serangan dari pasukan Highlandia benar-benar telah berhenti. Tidak ada lagi lemparan ketapel raksasa ke arah benteng Rinse, tidak ada lagi suara ledakan meriam yang memuntahkan bola beton, dan keadaan menjadi cukup sepi. Pangeran Sudibyo memerintahkan seluruh pasukannya untuk tetap siaga walaupun dalam keadaan tersebut. Bisa saja mereka diserang oeh pasukan Highlandia di saat lengah tersebut.

Di sisi lain, perjalanan cinta Pangeran Ditri juga tengah sampai pada titik puncaknya. Siang ini ia akan mendapatkan jawaban atas pernyataanya kemarin. Ia sungguh sangat menantikan jawaban dari wanita yang bahkan baru ia kenal satu hari. Wanita tersebut sungguh sangat misterius di mata pangeran muda tersebut. Aura kecantikan yang terpancar darinya sangat berbeda dibandingkan dengan wanita-wanita cantik lain yang telah ia kenal. Banyak wanita yang ia kenal menginginkan menjadi pasangannya haya dikarenakan kekayaan keluarganya. Wanita-wanita yang mampunyai mata hanya untuk memandang emas dan perhiasaan, dan juga pikiran yang hanya digunakan hanya untuk memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya. Seth begitu berbeda di mata Pangeran Ditrie, ia terlihat begitu sederhana. Ia tidak silau akan kedudukan dan juga kekayaan yang tampak dari luar dirinya. Walaupun ia seoarang janda, tetapi Pangeran Ditrie tetap mencintai apa adanya ia.

Matahari telah berada di atas kepala dan Pangeran Ditrie menunggu Seth di dekat air mancur Kota Tarra. Saat itu langit memang diselimuti oleh mendung yang pekat, sehingga panas terik matahari benar-benar tidak mencapai permukaan bumi. Pangeran muda tersebut menunggu wanita pujaanya dengan perasaan yang bercampur aduk, layaknya adukan adonan manisan yang dibuat oleh ibunya. Di sekitar air mancur tersebut berkumpul banyak orang, karena memang banyak orang yang berjualan berbagai hal di situ. Pangeran tersebut memandang di sekitarnya dan mencari-cari wanita berambut panjang tersebut.

Sudah tiga jam lamanya Pangeran Ditrie menunggu kemunculan Seth di dekat air mancur tersebut. Sepanjang ia melihat ke sekelilingnya ia sama sekali tidak melihat kehadiran wanita tersebut. Pangern Ditrie hanya berfikir bahwa Seth sedikit lupa akan janjinya atau ia sedang sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan di rumahnya, sehingga ia datang terlambat. Tak lama kemudian titik-titik hujan mulai turun membasahi daratan kota yang cukup kering tersebut. Dalam hitungan menit titik-titik hujan tersebut berubah menjadi hujan yang sangat deras dan mulai membasahi tubuh Pangeran Ditrie. Ia bertekad untuk menunggu wanita tersebut karena ia percaya kalau wanita yang ia cintai tersebut tidak akan melanggar janjinya. Ia tetap menunggu walaupun saat itu hujan turun dengan sangat derasnya.

Setengah jam sudah hujan deras tersebut mengguyur kota Tarra. Pangeran Ditrie yang menunggu Seth, wwanita yang dicintainya tersebut belum bergerak sesentipun dari tempatnya. Orang-orang yang melihatnya sebenarnya mulai iba dengan apa yang dilakukannya. Sejak tadi sudah banyak orang yang menanyainya dan mencoba memberi pertolongan tetapi akhirnya hanya ia tolak dengan halus. Ia menunduk menahan dinginnya air hujan yang membasahi seluruh tubuhnya. Ia sebenarnya sudah tidak kuat untuk tetap berdiri di tempat itu lagi. Bagaimana ia dapat memperhatikan keadaan sekitarnya.

Dari kejauhan seorang wanita berambut panjang memperhatika Pangeran Ditrie di bawah payungnya yang berwarna hitam. Wanita berambut panjang tersebut tentu saja adalah Seth. Dengan busananya yang berwarna hitam tersebut sulit bagi orang untuk menganalinya. Ia memperhatikan gerak-gerik Pangeran Ditrie sejak tadi. Ia sangat takjub dengan kesungguhan pangeran tersebut. Hatinya bergejolak melihat apa yang telah dilakukan Pangeran Ditrie. Ia sudah tak sanggup lagi melihat pria tersebut menderita.

Pangeran Ditrie tiba-tiba saja terduduk, karena sudah tidak punya tenaga lagi untuk berdiri. Seth yang melihat hal tersebut langsung berlari menghampiri pangeran muda tersebut kemudian menutupinya dengan payung yang ia bawa. Pangeran Ditrie hanya tersenyum dan mengatakan bahwa akhirnya Seth datang juga menepati janjinya. Saat itu juga air mata Seth mengalir meleleh membasahi pipinya. Ia sangat senang masih ada pria yang menerimanya apa adanya. Seth memeluk Pangeran Ditrie dan mengatakan bahwa ia menerima cinta pria tersebut. Di bawah guyuran hujan yang sangat deras tersebut, Pangeran Ditrie kembali berdiri dan mengajak Seth untuk berteduh. Akhirnya mereka berdua berjalan di bawah naungan payung yang sama hinga sampai ke rumah Seth.

To be Continued....

0 comments:

Post a Comment